Netflix, salah satu penyedia layanan media streaming digital terbesar di dunia ini memang sudah tidak asing lagi di Bumi Pertiwi.
Platform streaming yang berkantor pusat di Los Gatos, Amerika Serikat ini memang sudah menyambangi Indonesia sejak tahun 2016 dan makin memperlihatkan tajinya di pasar tanah air pada Oktober 2018 dengan menghadirkan film orisinal Indonesia Netflix pertama, The Night Comes For Us.

The Night Comes For Us, film yang yang dibintangi sejumlah bintang ternama Iko Uwais, Julie Estelle, Abimana Aryasatya, hingga Joe Taslim ini telah mendapatkan respon positif, kritikus film dalam situs Rottentomatoes, memberikan nilai 88 dari 100.
Komikus pencipta karakter Deadpool, Robert Liefeld juga pernah memuji film besutan Timo Tjahjanto ini.
“THE NIGHT COMES FOR US is incredible!!!!!!!!! The single best action fight choreography in cinematic history! That final battle alone!!! WHOA!! All sorts of RAID alum on this one!! Brutal! Beautiful!”
THE NIGHT COMES FOR US is incredible!!!!!!!!! The single best action fight choreography in cinematic history! That final battle alone!!! WHOA!! All sorts of RAID alum on this one!! Brutal! Beautiful!
— robliefeld (@robertliefeld) October 20, 2018
Tentunya, tak hanya film Indonesia saja yang telah diproduksi Netflix. Semenjak masuk ke kawasan Asia, perusahaan streaming raksasa ini sudah menyajikan pelbagai serial lokal di beberapa negara Asia, seperti film thriller Sacred Games asal India, serial DEVILMAN Crybaby asal Jepang dan serial Kingdom dari Negeri ginseng, Korea Selatan.
Alasan Netflix Inc memproduksi konten orisinal di kawasan Asia tentunya karena ingin menggerek jumlah pelanggan berbayar.
Hingga Februari 2019, total pelanggan (subscriber) Netflix berjumlah 139 juta pelanggan, artinya dalam kurun waktu tiga bulan terakhir di tahun 2018 ada kenaikan sekitar 9 juta pelanggan Netflix. Angka ini melebihi ekspektasi Netflix yang sebelumnya memperkirakan akan ada kenaikan 7,6 juta pelanggan.
Tak heran bila dilihat dari segi pelanggan berbayar, perusahaan yang didirikan oleh March Randolph Reed Hastings sudah jauh lebih unggul dibandingkan pesaingnya, Hulu ataupun Amazon Prime Instan Video.
Saat streaming services lain menerapkan penjualan iklan. Netflix justru berbeda dari kerumunan pesaingnya. Hingga saat ini (24/4), Netflix belum memaksa pelanggannya untuk menonton jeda komersial atau iklan, bahkan juga tidak memberikan perbedaan isi konten antar pelanggannya. Yang membedakan setiap pelanggan dengan paket dasar seharga Rp109.000, paket standar Rp139.000 dan paket premium Rp169.000 hanya resolusi gambar dan jumlah perangkat yang bisa digunakan secara bersamaan.
Cara Netflix Bertahan Hidup
Lalu pertanyaan selanjutnya, dari mana Netflix mendapatkan uang? Untuk menyajikan film yang diproduksi sendiri, apakah bisa mengandalkan uang dari pelanggan berbayar saja?
Seperti laporan Variety, Netflix masih “bakar uang” atau rela berutang demi merealisaikan lebih banyak konten orisinal. Utang jangka panjang Netflix hingga Januari 2019 diketahui sudah mencapai kisaran 10,4 miliar dollar AS atau setara Rp148,6 triliun.
Perusahaan yang didirikan Reed Hastings ini agaknya tidak punya pilihan selain merogoh kocek dalam-dalam. Pasalnya beberapa streaming service gencar ingin merebut pangsa pasar ini, sebut saja The Walt Disney Company yang akan meluncurkan Disney Plus pada 12 November 2019.

Mungkinkah Kehadiran Disney Plus Merebut “Hidup” Netflix?
Kehadiran Disney Plus ini tidak main-main, berdasarkan laporan Business Insider, Disney Plus dikabarkan siap “bakar uang” hingga US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun di tahun pertamanya dan US$ 2 miliar setiap tahunnya hingga tahun 2024 guna hadirkan konten orisinal.
Sementara untuk kontennya, di tahun pertama Disney Plus akan memasukkan 25 seri asli dan 10 film spesial bersamaan dengan 400 lebih judul film dalam perpustakaan Disney, termasuk Falcon and Winter Soldier, seluruh koleksi Star Wars, dan The Simpsons (season 30).
Selanjutnya di tahun kelima, Disney Plus diperkirakan akan menambahkan lebih dari 50 seri asli baru setiap tahunnya. Disney Plus juga mengharapkan akan ada 60 juta hingga 90 juta pelanggan Disney Plus pada tahun 2024.
Sebagai raja dunia hiburan, Disney punya kans kuat bersaing dengan Netflix, karena Disney sudah hampir merengkuh segala lini. Dari dunia hiburan The Walt Disney Company punya Pixar, Marvel Entertaiment, Lucar Film. Dari segi media, Disney punya 21st Century Fox, ESPN, National Geographic Channel, History Channel, dan sebagian VICE.
Selain itu, Disney juga sudah mengakhiri kesepakatan lisensi dengan Netflix tahun 2019 ini, serial-serial dalam payung The Walt Disney Company sudah diberhentikan tayang di Netflix, sebut saja serial seperti Daredevil, Iron Fist, dan Luke Cage. Selain itu The Punisher dan Jessica Jones akan tayang untuk kali terakhir tahun ini.
Untuk tarif berlangganan Disney Plus juga lebih murah dibandingkan Netflix, yakni US $6,99 per bulan atau setara Rp98.000/bulan, dan US $69,99 per tahun setara Rp990.000/tahun pada saat peluncuran, dibadingkan dengan harga paket Netflix yang akan naik Mei 2019 ini.
Meski demikian, Reed Hastings, Pemimpin Eksekutif Netflix, menyebut bahwa di pasar terdapat sangat banyak kompetitor. Ini artinya, publik akan punya makin banyak pilihan. Tentu saja, yang menang adalah yang menghadirkan konten bagus.
Dan Netflix tidak takut untuk bersaing dan mempertahankan keunggulan mereka.

Perjalanan Hidup Netflix Memang Tak Pernah Mudah
Bila dilihat dari perjalanan “hidup” Netflix, menjadi perusahaan seperti sekarang tidaklah mudah.
Bermula dari perusahaan yang menyediakan penyewaan DVD online di tahun 1997 silam. Hingga berkembang menjadi streaming service, di mana pelanggan bisa menonton film atau acara televisi dari komputer, TV, tablet, handphone, hingga gaming device di tahun 2007.
Lalu melebarkan sayapnya ke dunia internasional dengan menghadirkan layanan streaming yang tersedia pertama kali di Kanada pada tahun 2010, dan terus berkembang sejak saat itu.
Sampai Januari 2016, Netflix telah beroperasi di lebih dari 190 negara, kecuali daratan China, Suriah, Republik Krimea, dan Indonesia. Sampai informasi ini dirilis (15/4), Indonesia khususnya sambungan internet Telkomsel masih memblokir Netflix. Selain karena alasan regulasi, Netflix juga dianggap menghadirkan konten pornografi.Meski diblokir di beberapa negara. Perjalanan Netflix tetap cemerlang, hingga Februari 2019 total pelanggan layanan streaming video ini sudah menembus 139 juta.
Peningkatan pelanggan yang diraih Netflix ini tak ayal membuat pundi-pundi keuangan mereka bertambah. Pemasukan tahunan Netflix tumbuh sebesar 35% menjadi USD 16 miliar pada tahun 2018, angka tersebut hampir menggandakan keuntungan operasional menjadi USD 1,6 miliar.
Maka tak heran bila layanan streaming yang berbasis di Amerika Serikat ini terus giat berinvestasi pada produksi film di seluruh dunia demi dapat menembus pasar internasional.
Film hasil produksi Netflix, Roma bahkan pernah menyabet penghargaan sebagai Best Foreign Language Film dari Academy Awards 2019. Selain itu, film Roma juga memenangi Best Cinematography, mengungguli film A Star Is Born, Cold War, The Favourite, serta Never Look Away yang juga masuk dalam nominasi tersebut.
Hasil menganggumkan Roma ini mencetak sejarah baru dalam penghargaan film bergengsi Oscar, karena Roma merupakan nomine film terbaik pertama yang tidak ada dalam box office karena hanya tayang di beberapa bioskop tertentu dan Netflix.
Bird box juga jadi salah satu pencetak sejarah baru di Netflix. Menurut data Nielsen, pada pekan pertama penayangan di AS film thriller Bird Box sudah ditonton 26 juta orang. Lalu dalam 7 hari penayangan, draama post-apocalyptic ini telah ditonton lebih dari 45 juta orang di seluruh dunia.
Bukan hanya Bird Box saja yang mendulang kesuksesan. Sejumlah konten Netflix lainnya juga mulai menarik perhatian penonton, seperti ‘Elite’ yang berbahasa Spanyol, disebut telah ditonton lebih dari 20 juta akun dalam empat pekan penayangannya.
Selain itu, dikutip dari Variety, serial You juga disebut telah menarik 40 juta penonton dalam empat pekan penayangan, serta ada serial Sex Education yang dirilis pekan lalu diharapkan mendapatkan capaian serupa.
Lalu bagaimana untuk di kawasan Asia? Di Asia sendiri, terdapat 100 judul film Netflix orisinal baru dan lama yang akan tayang di delapan negara sepanjang 2019. Kabarnya, Netflix juga memiliki 17 judul orisinal baru dari Jepang, Taiwan, Thailand, India, dan Korea Selatan.