Age Challenge memang saat ini sedang viral. Terpantau, hari ini (18/7/2019) hashtag #AgeChallenge bertengger di posisi dua sebagai trending topic Twitter.
Sejumlah artis dalam negeri hingga mancanegara ikut menyemarakkan tantangan mengubah potret diri menjadi tua, seperti Agnes Monica, Jonas Brothers, Drake, Kevin Hart dan sejumlah artis lainnya.
When you take a trip to the Year 3000. pic.twitter.com/O9Dxpwj6ex
— Jonas Brothers (@jonasbrothers) July 16, 2019
Meski terlihat menyenangkan, age challenge ini menyimpan “bahaya tersembunyi”. Pasalnya, bila mengikuti tantangan ini dan menggunakan FaceApp, bisa jadi foto pengguna bisa disebarkan, disimpan, bahkan dijual untuk tujuan komersial meski foto tersebut telah dihapus.
Hal ini tertuang dalam bagian persetujuan dan ketentuan penggunaan FaceApp yang kurang lebih berbunyi:
“Anda memberi FaceApp lisensi yang berlaku selamanya, tidak dapat dibatalkan, tidak eksklusif, bebas royalti, dibayar penuh, untuk mereproduksi, memodifikasi, mengadaptasi, memublikasikan, menerjemahkan, membuat karya turunan, mendistribusikan, memajang karya di hadapan publik, dan menampilkan konten milik Anda dengan nama, nama pengguna, atau bentuk apa pun yang diberikan dalam semua format dan saluran media, tanpa kompensasi kepada Anda”.
“Dengan menggunakan layanan ini, Anda setuju bahwa konten milik pengguna dapat digunakan untuk tujuan komersial. Anda selanjutnya mengakui bahwa penggunaan konten untuk tujuan komersial FaceApp tidak akan mencederai Anda atau orang yang Anda beri wewenang untuk bertindak atas namanya.”
Biasanya sebagian besar orang tidak membaca persetujuan dan ketentuan pengunaan aplikasi, pengguna cenderung buru-buru menekan tombol setuju. Dan hal tersebutlah yang membahayakan.

Hadirnya FaceApp yang kian booming memang telah menuai berbagai kecaman, pimpinan minoritas senat AS, Chuck Schumer, menyerukan kepada FBI dan FTC, yakni badan perlindungan konsumen AS, untuk meninjau aspek keamanan nasional dan risiko privasi yang terhubung dengan FaceApp. Mengingat, aplikasi telah digunakan jutaan warga AS, namun dikembangkan perusahaan yang berbasis di Saint Petersburg, Rusia.
Dilansir dari MediaIndonesia (18/07/2019), Schumer bukan satu-satunya anggota Partai Demokrat yang khawatir. The Washington Post melaporkan Komite Nasional Partai Demokrat juga mengingatkan para juru kampanye pemilihan presiden 2020, untuk menyerukan penghapusan aplikasi. Salah satu partai politik terbesar AS itu sangat sensitif terhadap potensi pengawasan yang melibatkan Moskow. Apalagi beberapa pejabat Partai Demokrat menjadi sasaran peretas Rusia dalam pemilihan presiden 2016.

Namun FaceApp sendiri telah membantah tudingan ini
Wireless Lab, perusahaan asal St Petersburg, Rusia, yang mengembangkan aplikasi ini telah menyatakan bahwa pihaknya tak menyimpan foto-foto pengguna secara permanen.
“Sebagian besar foto dihapus dari server kami dalam waktu 48 jam. Meski pusat riset kami bertempat di Rusia, tetapi data pengguna tidak kami transfer ke Rusia,” bunyi pernyataan Wireless Lab seperti dilansir Techcrunch.