Now Reading
Iceberg Interview Model untuk Merekrut Karyawan Terbaik

Iceberg Interview Model untuk Merekrut Karyawan Terbaik

karyawan terbaik

Menurut Shahid Wazed, Founder Top Talent Summit dan Forbes Human Resources Council Member and Contributor, hampir semua perusahaan pasti ingin merekrut karyawan terbaik, namun sayangnya mereka hanya melihat keahlian pelamar saja.

Padahal jika melihat faktor keahlian saja, hal tersebut malahan membuat perusahaan sulit untuk mendapatkan karyawan terbaik.

John Sculley, mantan presiden Pepsi dan CEO Apple, pernah menyebutkan jika Steve Jobs adalah pewawancara terbaik yang pernah Ia temui.

“Apakah kamu ingin menjual minuman manis selama sisa hidup kamu? Atau kamu ingin ikut dengan saya dan mengubah dunia?

Jadi pertanyaan berkesan yang selama ini John Sculley pernah dengar, pertanyaan tersebut juga jadi pertanyaan yang membuat John Sculley berpaling ke Apple.

Coba pikirkan tentang pertanyaan Steve Jobs tadi, Jobs seolah memberikan “warisan” berharga kepada John Sculley.  Mungkin pertanyaan semacam ini juga bisa kamu terapkan jika ingin mendapatkan karyawan terbaik.

Untuk merekrut karyawan terbaik, tentunya tak hanya keahlian sang pelamar kerja yang wajib kamu perhatikan. Hal yang sebaiknya HR perhatikan adalah mindset kandidat.

Contohnya apakah sang pelamar ini punya keinginan untuk terus belajar dan mengembangkan keahliannya atau tidak, karena seorang yang punya mindset untuk terus belajar dan berkembang akan membantu perusahaan untuk mencapai kesuksesan.

karyawan terbaik
Ilustrasi, theocm.co.uk

Nah, untuk mendapatkan karyawan terbaik, kamu bisa menggunakan Iceberg Model:

Jika kamu melihat gunung es, apa yang kamu lihat? 20% es berada di atas air dan sisanya 80% di dalam air.  

See Also

Kamu bisa umpamakan 20% tersebut mewakili keahlian pelamar kerja, 80% lainnya yang berada di bawah air terdiri dari pola pikir dan legacy.

20% untuk menilai keahlian kandidat: Melalui interview atau test project, kamu bisa menilai apakah kandidat yang kamu test punya keahlian untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik atau tidak.

40% untuk menilai mindset kandidat: Jika pekerjaan yang dilamar mengharuskan kandidat untuk menciptakan produk atau layanan baru, maka kamu bisa menilai apakah kandidat tersebut memiliki mindset untuk berani mengambil risiko atau tidak, karena untuk membuat produk atau layanan baru kandidat harus berani mengambil risiko.

40% untuk menilai legacy kandidat: Lihat kembali apakah pelamar atau kandidat yang kamu interview bekerja di perusahaan kamu, apakah hanya ingin mendapatkan gaji dan bekerja seadanya atau tidak. 

Baca juga:  Resmi, Berikut Daftar 67 Mal di Jakarta yang Buka pada 5 Juni dan 8 Juni 2020
View Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

close