Rapor adalah sebuah buku yang isinya nilai prestasi belajar seorang murid di sekolah. Nah, berhubung tahun ajaran sekolah sudah selesai, murid-murid pun sudah mendapatkan rapor-nya masing-masing. Sayangnya, masih banyak orangtua yang melakukan banyak kesalahan saat membaca rapor anak. Alih-alih bikin anak lebih giat belajar, hal tersebut justru menyebabkan anak stres hingga kurang percaya diri.
1. Hanya Berfokus Pada Angka
Salah satu kesalahan umum yang paling sering dilakukan oleh para orangtua saat membaca rapor anak adalah hanya melihat angkanya saja. Bila ada satu atau beberapa mata pelajaran yang nilainya turun, maka orangtua akan langsung bilang kalau anaknya malas belajar atau kurang berusaha.
Padahal, penurunan nilai ini seharusnya ditanggapi dengan bertanya langsung ke anak. Tanyakan dengan nada bicara lembut dan penuh kasih sayang apa yang membuat nilai anak menjadi turun. Bila anak mengeluhkan karena materi pelajarannya yang sulit dimengerti, berikan solusi untuk mengajaknya lebih giat belajar atau menawarkan guru les tambahan.
2. Yang Penting Rangking
Walaupun kurikulum sekarang tidak mewajibkan sekolah untuk mencantumkan kolom rangking, tetapi masih banyak orangtua yang menanyakan ke wali kelas. Ini artinya, ranking masih dianggap penting oleh orangtua dalam mengevaluasi proses belajar anak.
Sementara anak yang tidak mendapatkan rangking di kelas bukan berarti dia adalah anak yang bodoh.
3. Tidak Memedulikan Uraian Guru dalam Rapor
Akibat orangtua yang hanya berfokus pada nilai dan peringkat, kadang orangtua tidak memerhatikan uraian sikap atau perilaku yang dicatat guru dalam bentuk uraian di rapor. Sedangkan jika orangtua mau membaca dengan saksama, maka orangtua akan dapat mendapat gambaran yang lebih luas tentang performa anak di sekolah. Jadi, tidak hanya tentang nilai, tetapi juga bagaimana anak beradaptasi dengan lingkungannya.
Jika orangtua terus-terusan membuat kesalahan saat membaca rapor, anak akan merasa kurang dipahami. Hal ini karena anak dapat berpikir jika orangtua hanya menuntut untuk mendapatkan nilai bagus dan akhirnya anak merasa terbebani untuk selalu mendapatkan nilai yang baik.
Bukan tidak mungkin anak akan melakukan berbagai macam cara, termasuk mencontek.